Jakarta, Transnews.co.id – Di usia yang tak lagi muda, menginjak 130 tahun, Bank Rakyat Indonesia (BRI) rebranding atau memperbarui citra dan identitas visual.
Hal ini dilakukan untuk memperluas cakupan nasabah, tidak hanya identik pada Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) serta masyarakat pedesaan, namun juga hadir untuk masyarakat perkotaan hingga korporasi besar.
“Keputusan ini mengacu kepada hasil riset Nielsen, Kantar, dan Kadence, bahwa BRI dinilai perlu melakukan rebranding korporasi agar tetap relevan dengan perkembangan zaman,” ujar Pimpinan Cabang BRI Jakarta Menara BRILiaN, Marco Arief Pramudita.

Hasil riset tersebut pertama adalah BRI terlalu bergantung pada citra kerakyatan sehingga muncul persepsi tua di kalangan segmen urban dan anak muda. Selain itu, layanan digital yang diberikan ke publik belum dianggap aspirasi dan menarik.
“Koneksi emosional dengan brand masih lemah, kemudian identitas brand belum selaras dengan ekspektasi gen Z, terjadi ketidakselarasan sistematik di berbagai sub brand, brand architecture tidak konsisten dan terstruktur, dan yang terakhir adalah less consider di segmen urban,” kata Marco.
Marco menuturkan, perubahan citra ini diharapkan agar persepsi masyarakat terhadap BRI tidak hanya melayani masyarakat kecil dan kurang terlayani, namun BRI bisa menjadi bank untuk semua orang atau universal.
“Secara lebih luas itu kita ingin menjadi bank yang universal, lebih modern, lebih inklusif, lebih dekat dengan milenial. Kemudian kita memperluas jangkauan kita tidak hanya kuat di pedesaan, tapi juga kita kuat di urban. Tidak hanya kuat melayani rakyat jelata, tapi juga melayani rakyat jelita,” ungkapnya.







