“Konsep madani yang beliau kembangkan di Malaysia adalah bentuk penerapan perspektif washatiyah. Islam wasthatiyah bersikap adil dan tidak memihak. Islam Wasthatiyah bersikap terbuka bijak kepada sesama,” ungkapnya.
Cara pandang tersebut, kata Khofifah, mengandung nilai-nilai yang adil, hidup harmoni di tengah masyarakat yang beragam serta dinamis. Sehingga, akan terbangun lebih dekat dan lebih luas baik melalui privat to privat (p to p) maupun government to government (g to g).
Lebih lanjut, alasan Khofifah menyambut baik konsep madani juga selaras dengan empat pilar ahlussunah wal jamaah yang menjadi pedoman dasar jam’iyah Nahdlatul Ulama yang dikenal mabadi khoiro ummah yaitu tawasuth (moderasi), tasamuh (toleran), tawazun (seimbang), dan al i’tidal (adil).

Ke depan, Khofifah berharap konsep madani yang digagas PM Anwar Ibrahim dapat diterapkan untuk mewujudkan kesejahteraan lahir batin bagi seluruh masyarakat. Sehingga kekhawatiran akan terjadinya disintegrasi suatu bangsa mampu dicegah.
“Menjadi motor penggerak Islam yang ramah, moderat dan toleran melalui perspektif wasthatiyah dalam menjaga dan memuliakan Alquran serta mengamalkan nilai-nilainya dalam kehidupan sehari-hari,” ungkapnya.
Tidak hanya berbincang soal perkembangan Islam washatiyah di Indonesia dan Malaysia, memanfaatkan momentum bertemu dengan PM Malaysia, Gubernur Khofifah juga turut mempromosikan keunggulan-keunggulan Jatim. Ia bahkan menawarkan kepada Malaysia untuk berinvestasi di Jawa Timur. Khususnya di sektor kesehatan.
“Kepada PM Anwar Ibrahim, saya secara khusus menyampaikan undangan untuk berkenan mengunjungi ke Jawa Timur. Gayung pun bersambut, PM Anwar Ibrahim berencana akan mengagendakan datang ke Jawa Timur antara lain akan berkunjung ke pesantren. Semoga ada kabar baik dalam waktu dekat,” pungkasnya.











