Ia bersyukur dalam kurun waktu 3 tahun bisa membuka lapangan kerja bagi 899 kepala keluarga, sehingga nyaris di Desa Milioner ini tidak ada warga yang menganggur karena desa bisa memberikan lapangan kerja.
“Alhamdulillah dari masyarakat yang pendapatan awalnya Rp.400 sebulan bisa menjadi kisaran Rp.6-7 juta perbulan,” jelas Abdul Halim.

Kendati sudah menjadi Desa Maju dan Mandiri, lanjut Kades Halim bukan berarti tidak ada masalah. Sebab Desa Sekapuk terus melakukan inovasi sesuai dengan siteplant yang baru terealisasi 60 persen namun terkendala pendanaan.
“Tolong kami dibantu atau difasilitasi bisa mendapatkan pinjaman perbankkan Rp.100 miliar. Kami tak mau merepotkan pemerintah karena kami yakin mampu membayar. Silakan diaudit dan melihat proyeksi siteplant yang mau direalisasikan, semua sudah ada perhitungannya,” tegas Ki Begawan Setigi sapaan akrab Kades Sekapuk.
Pinjaman tersebut, kata Abdul Halim akan dibuat untuk membangun hotel apung berupa kapal cargo, bangunan serbaguna serta wisata Agropolitan (pertanian, perikanan dan peternakan) memanfaatkan bengkok desa seluas 3 hektar.
“Maritim itu merupakan local wisdom dari masyarakat pesisir seperti Desa Sekapuk yang hanya berjarak 8 Km dari pesisir laut. Selain untuk penginapan, hotel apung itu nantinya bisa menjadi edukasi bagi masyarakat sehingga bisa tahu apa itu anjungan, nahkoda, navigasi dan lain sebagainya. Kami yakin akan semakin banyak wisatawan yang berkunjung ke wilayah pesisir utara Gresik,” dalihnya.
Menaggapi keluhan Kades Sekapuk, wakil Ketua Komisi A DPRD Jatim Hadi Dediyansyah berjanji siap menfasilitasi dan mengawal pengajuan pinjaman untuk pengembangan wisata Desa Sekapuk bisa terealisasi.
“Kalau Bank Jatim maupun Bank UMKM Jatim tak bisa menyetujui pengajuan kredit Desa Sekapuk, justru saya akan pertanyakan fungsi bank milik pemerintah daerah itu lantas apa? Sebab ini jelas-jelas sudah terbukti sebagai Desa Brilian terbaik se Indonesia. Saya siap menfasilitasi dan mengawal Pak Kades,” tegas politisi asal Partai Gerindra.














