Mahkamah Keluarga dan Celeng Lukisan Putra Gara yang Jadi Perhatian Di Pameran Lukisan Bersama 50 Tahun Garajas

Reporter: Johan
Editor: Triyanah

TN. JAKARTA l — Ada yang menarik dari Pameran Bersama dalam rangka menyambut 50 tahun Sanggar Garajas di Balai Budaya yang berlangsung 1-9 Agustus 2024, dimana di antara karya lukis yang terpajang, ada dua lukisan karya Putra Gara yang berjudul Mahkamah Keluarga dan Celeng Pantau Demokrasi.

“Lukisan ini memang refleksi dari peristiwa yang ada, dimana Mahkamah Konstitusi, saya gambarkan menjadi Mahkamah Keluarga (MK). Apa sebab, tentu semua rakyat Indonesia tahu,” ungkap Gara sambil menyembunyikan senyum.

Mahkamah Keluarga, 50 x 70 cm Akrilik/kanvas, Putra Gara – 2024

Meski begitu, Gara menjelaskan lukisan tersebut adalah peristiwa konstitusi yang penuh noda, demi ambisi satu keluarga. Dimana Mahkamah Konstitusi mempertontonkan keberpihakannya karena seorang ponakan.

Legitimasi tak jadi kendala, karena sang ponakan adalah anak penguasa. Lalu, mau dibawa kemana negeri ini?

Pemeran dalam lukisan ini: Paman yang digambarkan sedang menyembah, sebagai simbol kepatuhan. Ponakan duduk santai, melambangkan tak ada beban (Pokoknya Terima bersih). Dan Sang Penguasa, dengan kekuasaannya menunjukkan dua jari.

Dua jari juga sebagai simbol. Simbol dukungan kepada paslon 02, dan simbol jari satu sebagai penguasa, jari satunya lagi sebagai keluarga.

Sementara di belakang penguasa, ada Sang Ratu yang sesungguhnya mengendalikan apa pun yang terjadi dan yang akan terjadi.

“Dialah mahluk terkuat di muka bumi. Sang Ibu Suri,” terang Gara masih dengan senyumnya.

Celeng Pantau Pesta Demokrasi, Akrilik/kanvas, 50 x 70 cm. Putra Gara – 2024.

Sementara lukisan satunya lagi, dengan judul Celeng Pantau Pesta Demokrasi, menurut Gara juga sebuah potret demokrasi yang pernah terjadi. Dimana cekeng (oligarki yang rakus dan korup), memantau jalannya demokrasi.

“Usai pesta demokrasi, apakah si celeng bisa terjun ambil peranan atau tidak, kita bisa lihat selanjutnya,” kata Gara.

Pameran yang diikuti 23 anggota sanggar Garajas periode tahun 70-2000-an ini merupakan gelaran setengah abad bersahabat. Dan setiap hari, ada saja kegiatan di luar pameran. Seperti melukis bersama, dan ada juga buat siluet yang dimentori oleh praktisi siluet.***

 

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, silahkan mengirim sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *