Meski demikian, Gubernur Khofifah juga mengimbau pada seluruh pihak untuk menjaga keseimbangan harga jual GKP dari petani agar tidak anjlok selama panen raya. Dengan begitu harga jual beras di pasaran tetap bisa terjangkau untuk masyarakat sementara harga GKP tidak jatuh.
Sehingga petani tidak dirugikan dan masyarakat sebagai konsumen pun tetap bisa mendapat beras berkualitas dengan harga terjangkau.
“Untuk itu, kami terus berkoordinasi dengan berbagai pihak yang berada di dalam rantai industri beras. Mulai dari Bulog, Gapoktan, Asosiasi Penggilingan Padi, hingga distributor,” imbuhnya.

Selain itu, produktivitas beras Jatim bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan warga Jatim saja, tapi juga diandalkan untuk memenuhi kebutuhan 16 provinsi lain di Indonesia Timur. Hal inilah yang terus menerus dijaga oleh Gubernur Khofifah beserta jajarannya.
Beragam upaya telah dilakukan mulai dari memberi edukasi kepada petani terkait pola tanam modern, penggunaan alat dan mesin pertanian modern, hingga menyediakan akses permodalan melalui program Kukesra (Kredit Usaha Kesejahteraan Rakyat).
“Kami juga menerima aspirasi para petani terkait pupuk subsidi yang semula ada 9 jenis kini tinggal 2 jenis saja. Alhamdulillah, dalam kesempatan ini telah kami sampaikan kepada Pak Presiden. Insya Allah kami akan terus mengawal aspirasi dari para petani,” tandasnya.
Di hadapan awak media, Presiden Jokowi memuji produksi GKP Ngawi yang tembus antar 8 ton per hektar, bahkan ada yang 10,5 ton per hektar.
“Kemarin saya ikut Panen Raya di Kebumen, hari ini di Kabupaten Ngawi. Memang ada perbedaan produksinya. Di sini, Kabupaten Ngawi, ada yang bisa 10,5 ton per hektar, ada juga yang 8 ton per hektar. Itu tergantung pada kesuburan tanah dan manajemen pertaniannya,” puji Presiden Jokowi.











