Revolusi Industri 4.0, Ketua Dewan Pers: Kata Kuncinya adalah Perubahan

JAKARTA, transnews.co.id | Perubahan menjadi kunci agar media mampu bertahan dalam perkembangan Revolusi Industri 4.0. Hal itu dikatakan Ketua Dewan Pers M Nuh dalam diskusi ‘Bisnis Media pada Revolusi Industri 4.0’ dalam rangka HUT ke-31 Lembaga Pers Dr. Soetomo (LPDS) di Hall Dewan Pers, Jakarta, Selasa (23/7/2019).

“Kata kuncinya adalah perubahan. Perubahan sekarang lebih cepat. Sejak dulu kala sudah ada perubahan, yang membedakannya sekarang itu lebih cepat. Life of circle-nya lebih pendek. Orang harus berpikir lebih cepat lagi,” kata Nuh

Menurutnya, siapapun yang nggak mau berubah, ya selesai. Ke depan itu perubahan itu mengarah ke technology savvy. Teknologi itu sudah melekat empirik dalam diri seseorang. Sehingga apapun yang kita berikan, tidak ada konten atau tidak ada bau teknologinya, ya akan ditinggal.

Tak hanya itu, untuk bertahan di perkembangan zaman yang semakin maju, pelaku media harus memegang teguh tiga hukum yang ada. Pertama, hukum Moore.

“Orang elektro ini pasti tahu Pak Moore ini. kalau kita pernah kuliah di elektro, terutama elektronik, mesti kenal dengan bukunya Pak Moore. karena Pak Moore itu penemu digital elektronik, yang dia bilang, setiap 1,5 tahun ada percepatan yang berubah dua kali lipat dengan harga yang sama. Artinya, filosofinya, kalau kita mau comply dengan zaman sekarang, ya kecepatan. Kecepatan dalam mengambil keputusan, kecepatan dalam perubahan dan seterusnya,” terangnya.

Kedua, hukum McClave yang menekankan mengenai pentingnya jaringan. Baik jaringan fisik maupun jaringan fungsional, dapat dimanfaatkan untuk bersinergi satu sama lain.

“Yang kedua itu, hukum McClave. Kalau mau comply di jaman sekarang, kata kuncinya adalah jaringan. Bukan hanya fisik tapi juga jaringan fungsi. Melalui jaringan ini kita bisa sharing ekonomi dan bersinergi. Ini juga implementasi dari falsafat, untuk menikmati tapi tidak harus memiliki,” tambahnya

Terakhir adalah hukum Coase yang menekankan soal pentingnya manajemen pembiayaan. Nuh berpendapat, hal ini penting karena menyokong produktivitas dan efektivitas di era serba cepat seperti sekarang ini.

“Yang ketiga, hukum Coase, dia adalah penerima hadiah Nobel. Kata kuncinya di sini adalah cost. Siapa yang tidak bisa me-manage cost, baik dari pihak managemen atau apapun, maka tidak akan jadi winner. Karena ini bersaing dari sisi produktivitas dan efektivitas,” pungkasnya.

Pembicara lainnya, Direktur Utama PT Tempo Inti Media Tbk. Toriq Hadad mengatakan penerbit yang tidak mampu beradaptasi di era digital, akan bangkrut.

Dia melihat saat ini media yang mengalami inovasi disruptif. Hal itu menciptakan pasar baru, aturan, nilai, bisnis dan persaingan yang juga baru.

 “Persaingan kreativitas yang akan mewarnai masa depan (media) kita,” ujar Toriq

Toriq juga menilai penerbit media harus bergantung pada pembaca yang membayar konten dengan mutu baik. Kredibilitas menjadi taruhan pengembangan usaha.

Sementara, Wakil Pemimpin Redaksi Koran Kompas Tri Agung Kristanto yakin media cetak koran akan tetep hidup. Menurut dia, kreativitas dan kredibilitas akan menjadi salah satu penentu utama keberlangsungan itu.

Dia juga melihat media massa juga mengalami pertumbuhan. Seperti saat ini, kata dia, semakin banyak media yang menciptakan komunitas. Hal itu juga bertujuan untuk perkembangan media itu sendiri.

“Ancaman terbesar surat kabar menurut saya adalah kalau kemudian perusahaan-perusahaan pencetak kertas itu menghentikan produksinya,” kata Tri Agung. -MH

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com