Hal tersebut belakangan diketahui setelah pembagian dilakukan dari salah seorang PKM, Rosmini (43thn) warga Desa Posangke. Menurutnya bahan sembako yang Ia terima dalam kemasan itu tidak sesuai dengan ukuran yang ditandatangani.
“Coba disaksikan pak, ini belum ada yang saya buka. Ini jatah saya untuk 2 bulan. Kacangnya pecah pecah, ukurannya yang saya tanda tangani 4liter, ternyata setelah kita ukur ulang saat ini hanya 3,5liter,”ujar Rosmini.
Rosmini menambahkan, berasnya 20kg itu juga penuh dedak, telurnya 50 butir kecil kecil.

“Kalau kita hitung pak,uang kami yang 2 bulan Rp 400.000 itu,tidak sebanding dengan barang yang kami terima” ungkap Rosmini, yang diamini oleh sejumlah PKM di kediamannya.
Suprapto salah seorang suplayer yang menangani suplay Kacang-kacangan dan telur, saat ditemui dikediamannya mengakui bahwa bahan yang telah dikemas itu, tidak sesuai dengan yang tertera pada berita acara yang ditandatangani oleh KPM.
“Iya pak, kacang itu memang kami sudah dapat informasi,kacang itu hanya 3,5 liter. Yang tertulis itu 4 liter. Kadang itu saya sendiri yang kemas dalam kantong plastik,” kata Suprapto.
Sementara harga pantauan disejumlah kios di daerah itu, harga yang dipatok oleh E_warung untuk sembako BPNT, sangat jauh diatas harga bahan sembako normal.
Ditengarai beras lokal seperti beras yang didistribusikan ke KPM, per kilogram hanya berkisar antara Rp.8000 hingga Rp.8.500, sementara beras yang sama didistribusikan melalui KPM itu, dipatok harga Rp.10.000 per kilogram.
Sedangkan telur per rak, kapasitas 30butir itu terkonfirmasi harga dari pedagang hanya berkisar antara Rp.42.000 (harga grosir) hingga Rp.45.000 (harga kios) per rak. Demikian pula harga kacang-kacangan itu, hanya berkisar Rp.18.000 (harga pasar lokal Baturube) hingga Rp.2.0000 (harga Kios).












