JAKARTA, transnews.co.id – Sebanyak 3,5 juta lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia tidak melanjutkan kuliah, bekerja, atau mengikuti pelatihan (BPS, 2023). Mereka yang tidak berada dalam pendidikan, pekerjaan, maupun pelatihan disebut sebagai Not in Employment, Education, or Training (NEET). Angka ini menjadi pengingat bahwa mimpi berkuliah di perguruan tinggi masih belum dapat diakses oleh jutaan anak muda Indonesia.
Ni Luh Made Yani, alumni Program Studi Ilmu Komunikasi Universitas Pertamina angkatan 2020, nyaris menjadi bagian dari statistik tersebut. Ia tumbuh di sebuah perbukitan terpencil di Bali Timur, wilayah di mana pendidikan bukanlah prioritas.
Namun semuanya berubah ketika desanya menerapkan awig-awig—aturan adat yang mewajibkan anak-anak menempuh pendidikan setidaknya hingga SMP. “Karena orang tua saya tidak ingin membayar denda, saya akhirnya sekolah. Dan dari sana semuanya berubah,” ungkapnya, (20/06/2025).
Berkat Beasiswa Undangan dari Universitas Pertamina yang menanggung penuh biaya pendidikannya, Yani berhasil menyelesaikan studi dan kini bekerja sebagai Social Media Specialist di Bank Sahabat Sampoerna, mewujudkan mimpi yang dulunya nyaris mustahil.
16 Miliar dan Fasilitas Baru untuk Masa Depan Anak Bangsa
Yani adalah satu dari ratusan mahasiswa yang telah merasakan manfaat program beasiswa Universitas Pertamina. Sejak berdiri, kampus ini telah menyalurkan total beasiswa senilai Rp16 miliar sebagai wujud komitmen dalam membuka akses pendidikan yang lebih setara bagi generasi muda Indonesia melalui penyaluran beasiswa senilai Rp16 miliar.
Tujuh skema beasiswa aktif kini tersedia, termasuk PFS, PHR, Natuna, 3T, MaSoBI, Elnusa, dan Nusantara Regas, menjangkau mahasiswa dari berbagai wilayah operasional, daerah tertinggal, hingga kepulauan terpencil.