2023, BNN RI Fokus Akselerasi War on Drugs dengan Pendekatan Holistik

Rakernis Sinergitas Deputi Bidang Pencegahan, Dayamas dan Rehabilitasi bertema "Implementasi Strategi Soft Power Approach Dalam Sinergi P4GN Guna Mewujudkan Indonesia Bersinar.
Rakernis Sinergitas Deputi Bidang Pencegahan, Dayamas dan Rehabilitasi bertema "Implementasi Strategi Soft Power Approach Dalam Sinergi P4GN Guna Mewujudkan Indonesia Bersinar.

SURABAYA, Transnews.co.id – Badan Narkotika Nasional (BNN) RI fokus mengatasi konteksitas ancaman narkotika, psikotropika, dan obat terlarang (Narkoba) melalui pendekatan holistik (dipandang secara utuh sebagai satu kesatuan) untuk mencapai Indonesia bersih narkoba.

Penegasan arahan tersebut disampaikan Kepala BNN RI, Komjen Pol Petrus R Golose melalui Rakernis Sinergitas Deputi Bidang Pencegahan, Dayamas dan Rehabilitasi bertema “Implementasi Strategi Soft Power Approach Dalam Sinergi P4GN Guna Mewujudkan Indonesia Bersinar” di Surabaya, Kamis (26/01/2023).

Dalam sambutan yang dibacakan Deputi Pencegahan BNN RI, Brigjen Pol. Richard M. Nainggolan, bahwa arahan strategi Kepala BNN untuk tahun 2023 ini akan berfokus pada akselerasi war on drugs. “Tahun 2023 untuk akselerasi War on Drugs agar semakin ditingkatkan,” ungkapnya.

Rakernis awal tahun yang diikuti lebih dari 500 peserta perwakilan dari 34 BNN provinsi ini juga memaparkan bahwa selama tahun 2022 lalu BNN telah berhasil mengungkap peredaran gelap narkotika dengan barang bukti 1,90 ton methamphetamin atau sabu. Termasuk 1,06 ton cannabis atau ganja, 262.789 butir ekstasi dan 16,5 kilo serbuk ekstasi.

Disampaikan, selama tahun 2022 BNN juga telah melakukan operasi pemusnahan ladang ganja seluas 63,9 hektar dan 152,6 ton ganja basah yang disebut setara dengan upaya penyelamatan 12,2 juta generasi muda dari potensi penyalahgunaan narkotika.

Usai acara pembukaan dan sambutan, Deputi Pencegahan BNN Richard M. Nainggolan mengatakan, bahwa untuk target bidang pencegahan selama tahun 2023 ini adalah peningkatan ketahanan masyarakat terhadap pengaruh narkoba.

“Tahun 2023 untuk pencegahan, titik beratnya bagaimana meningkatkan ketahanan diri masyarakat untuk menolak narkoba. Sehingga masyarakat tidak mau menyalahgunakan ataupun terlibat dalam peredaran gelap narkoba. Ketahanan diri masyarakat ini akan kita ditunjang dengan meningkatkan ketahan keluarga dan remaja termasuk teman sebaya untuk menolak narkoba,” kata Richard.

Hasil pemetaan yang telah dilakukan BNN selama tahun 2022, juga diketahui terdapat 1.571 kawasan kategori bahaya dan 6.431 kawasan kategori waspada. Hal ini disebut menurun dibanding tahun 2021.

“Menunjukkan keberhasilan intervensi pada kawasan itu. Termasuk indek kapabilitas rehabilitasi BNN pada tahun 2022 meningkat dari level 3,05 atau level 2 menjadi 3,31 menjadi level 3. Ini menunjukkan perbaikan layanan rehabilitasi,” tuturnya

Lebih lanjut Richard M. Nainggolan menyampaikan, perlunya memberikan kesadaran akan bahaya narkotika, termasuk penyalahgunaan dari aparatur negara hingga multi profesi lainnya dari berbagai lapisan masyarakat.

“Pemberian pengetahuan kepada masyarakat agar outcomenya meningkat termasuk aparatur negara tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Termasuk pelaksana atau aparatur negara agar tidak terlibat penyalahgunaan apalagi peredaran gelap narkoba. Kalo namanya narkotika itu termasuk kejahatan yang luar biasa. Artinya, melibatkan banyak pihak. Bukan hanya aparatur negara saja. Termasuk juga wartawan, dosen juga karena narkotika ini sudah masuk ke semua lini,” ungkap Richard.

“Narkotika ini sangat dinamis. Artinya pelaku juga pasti bisa merubah modus. Ini tantangan bagi BNN dan pemerintah untuk dapat mengungkap itu. Modus berkembang, termasuk upaya pencegahan dan pemberantasan (juga berkembang). Tahun 2022, temuan terbanyak paling banyak ganja, ekstasi dan sabu,” imbuhnya.

Sementara itu, Deputi Rehabilitasi BNN, Riza Sarasvita menyampaikan bahwa pada tahun 2023 ini pihaknya menargetkan tentang kualitas layanan melalui tim asesmen.

“Kita tetap mempertahankan mutu pelayanan dengan standar SNI 8807 2019 menjadi tolok ukur kita. Mendukung ‘Desa Bersinar’ dengan mendirikan unit intervensi berbasis masyarakat. Sebuah unit yang layanan utamanya bukan pada pecandu tetapi pada mereka yang mulai menyalahgunakan,” kata Riza. (hd)

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com