Cinta Dalam Dendam, Novel Putri Jeumpa Karya Putra Gara

Oleh: Isson Khairul

TN. I — Mungkinkah cinta tumbuh dalam dendam? Ini bukan pertanyaan. Karena, cinta dan dendam yang dimaksud, ada dalam diri seorang perempuan. Kita paham, perempuan adalah udara di puncak gunung. Sengatan matahari, dalam sekejap bisa pudar, karena awan hitam dengan sangat cepat menutup langit. Demikian pula sebaliknya. Demikianlah perempuan. Berjuta tak terduga, bisa datang tiba-tiba, bahkan jauh melampaui dugaan di alam mimpi.

Karena itulah, cinta dan dendam dalam diri perempuan, seringkali tidak berujung dengan jawaban. Teka-teki hidup sesungguhnya ada di sana: di misteri cinta dan dendam perempuan. Dengan darah dan daging, perempuan mengalirkan cinta dan dendam secara bersamaan kepada tiap nyawa, yang memulai kehidupan dari gerbang rahim mereka. Tak ada yang mampu menerka, akan jadi apa nyawa yang lahir hari ini dan nyawa yang lahir bertahun kemudian.

Ada berjuta buih di pesisir lautan, yang tercipta menjadi indah karena hempasan gelombang. Ada berjuta bunga yang mekar dengan beragam pesona, setelah disapu angin kencang. Hempasan gelombang, boleh jadi wujud dendam lautan kepada daratan. Tapi, menciptakan keindahan. Sapuan angin kencang, boleh jadi ekspresi dendam angin kepada pepohonan yang memancangi bumi. Tapi, menciptakan berjuta pesona bunga.

Semua itu menyatu dalam diri Putri Jeumpa, titisan Samudra Pasai, mercusuar kerajaan Islam di Asia Tenggara dalam besutan karya novelis muda Putra Gara, yang sepuluh tahun ini memang konsen menulis novel-novel sejarah.

Dendam Putri Jeumpa pada Majapahit, dendam pada Gajah Mada, tersimpan rapat dalam hatinya, tatkala ia menerima pinangan Brawijaya V inilah kusahcibta sesunghuhnya.

Sekali lagi, mungkinkah cinta tumbuh dalam dendam? Putri Jeumpa memilih persemaian dendam itu di hati buah cinta yang kelak ia lahirkan, dari gerbang rahimnya.

Proses hidup yang panjang, yang barangkali tak seorang pun menduga skenario dendam perempuan Putri Jeumpa bernama Darwati itu. Menempuh perjalanan panjang dari ujung Sumatera ke tanah Jawa, membawa serta cinta dan dendam dalam diri. Kemudian, mengalirkannya ke sang buah hati. Itu bukan pengorbanan seorang perempuan, tapi perjuangan Samudra Pasai demi cinta dan dendam.

Novel ini menurut penulisnya adalah trilogi Samudra Pasai. Terbit sebelumnya adalah; Samudra Pasai (Cinta Dan Penghianatan), Nahrisyah (Kilau Dari Negeri Pasai), dan buku ketiga – Putri Jeumpa (Senja Di Djawa Dwipa).***

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com