JEMBER, transnews.co.id – Suasana tempo dulu kembali terasa di Desa Keting, Kecamatan Jombang, Kabupaten Jember, lewat acara Kampung Jadul yang digelar pada jelam malam selama 5 hari bertepatan dengan peringatan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia (17/08/2025).
Salah satu daya tarik utama adalah hadirnya berbagai jajanan lawas yang dulu akrab dengan masa kecil generasi terdahulu. Deretan jajanan tradisional seperti gulali, geplak, jenang, cenil, lupis, clorot, gethuk, klepon, tiwul, jadah, hingga es puter tersaji dengan tampilan sederhana namun penuh kenangan.
Tak hanya itu, para pelaku UMKM yang menjajakan makanan juga kompak mengenakan busana ala zaman dulu, mulai dari jarik, kebaya, hingga baju lurik. Hal ini membuat pengunjung seolah benar-benar dibawa kembali ke suasana pasar rakyat tempo dulu.

Sulastri (52), salah satu pelaku UMKM, mengaku bangga bisa ikut serta. “Saya senang sekali bisa berjualan di acara ini. Selain mengingatkan kita pada jajanan masa kecil, juga bisa memperkenalkan ke anak-anak muda bahwa makanan tradisional itu punya rasa yang khas dan tidak kalah dengan jajanan modern,” ungkapnya.
Hal senada juga disampaikan oleh Paidi (47), penjual gulali yang sejak pagi dikerubungi anak-anak.
“Kalau di kampung biasa, gulali sudah jarang ada. Tapi di sini anak-anak bisa tahu bagaimana jajanan sederhana ini dulu jadi favorit kami. Rasanya bangga bisa menghidupkan kembali kenangan itu,” katanya sambil tersenyum.
Sementara itu, Sriatun (40), pedagang klepon, merasa acara ini bukan sekadar peluang berjualan, tetapi juga bentuk pelestarian budaya.
“Kalau bukan kita yang menjaga, siapa lagi? Saya harap jajanan tradisional seperti klepon ini tetap dicintai, jangan sampai kalah sama jajanan instan,” ujarnya penuh harap.
Banyak pengunjung pun merasa terhanyut nostalgia. Salah satunya, Siti (45), warga setempat, yang mengaku teringat masa kecilnya.
“Rasanya benar-benar membawa saya kembali ke zaman dulu. Apalagi lihat para penjual pakai baju jadul, rasanya makin lengkap,” katanya.
Acara Kampung Jadul di Desa Keting ini menjadi bukti bahwa nostalgia dan tradisi masih mampu merekatkan kebersamaan masyarakat di tengah arus modernisasi.













