Mbak Tutut, Melanjutkan Membangun Harapan Untuk Indonesia

TN.JAKARTA l — Amanah ini harus terus dilanjutkan, demi untuk kesejahteraan rakyat Indonesia dalam arti yang seluas luasnya. Hal itu diungkapkan oleh Hj. Siti Hardiyanti Rukmana, atau yang biasa dipanggil Mbak Tutut,  Ketua Umum  Yayaman Harapan Kita (YHK) & Yayasan Dana Gotong Royong Kemanusiaan (YDGRK), dalam Milad 51 Tahun YHK dan
33 Tahun YDGRK, di Gedung Granadi, Kuningan – Jakarta, jumat (23/8/19).

Dalam sebutannya Mbak Tutut menceritakan, jauh sebelum orang-orang di Indonesia membicarakan antropolog terkemuka Marcell Maus, dengan teori ‘The Gift’-nya, seorang ibu rumah tangga yang tak pernah sekalipun meraih gelar PhD, apalagi profesor dalam hidupnya, justru ia telah lama percaya akan kekuatan ”tolong menolong”. Telah lama yakin bahwa “semangat memberi” akan menerangi kehidupan manusia yang menjalani laku tersebut.

Hal yang patut disyukuri, ibu rumah tangga itu sedikit lain dari sekedar ibu-ibu arisan. ‘Si Ibu’ punya sedikit akses untuk membicarakan ide tolong-menolong itu menjadi nyata. Paling tidak karena ia istri seorang presiden pada masanya.

“Ibu rumah tangga itu tak lain, adalah ibu saya tercinta. Ibu kita semua, almarhumah Ibu Tien Soeharto,” cerita Mbak Tutut.

Mbak Tutut memberikan kata sambutan.

Mbak Tutut melanjutkan, bahwa Ibu Tien saat itu, melihat bencana seolah menjadi bagian dari takdir kehidupan manusia. Bila datang musim kemarau, maka potensi kekeringan segera membesar, membawa peluang terjadinya paceklik (minus) yang ujung-ujungnya meluas menjadi bencana kelaparan.

Di musim kemarau pula, angin yang kering dengan gampang membawa bara terbang, menyulut kebakaran lahan dan hutan. Sementara manakala musim penghujan tiba, bencana tanah longsor, banjir bandang, dan banjir yang merendam pemukiman menjadi fenomena yang kian biasa. Di sisi lain, di saat kemarau bisa jadi tak ada kekeringan dan waktu penghujan tak ada banjir, tetapi letak geografis Indonesia di wilayah cincin api atau ring of fire, masih memungkinkan datangnya bencana lain, yakni; gunung meletus ataupun gempa bumi.

Jika tidak dihadapi dengan keyakinan iman, seakan dengan gampang orang akan pasrah dan menyatakan bahwa memang manusia hidup ke dunia untuk menderita. Penderitaanlah yang menjadi ujian, apakah manusia bisa lulus dalam keimanannya atau tidak, yang berujung pada kemungkinan di akhirat ia akan menerima pahala atau bala.

Sikap pesimistis tersebut tidak saja menjadi perangai buruk. Padahal dari sisi ajaran agama, pesimistis bisa dianggap mata air dari dosa. Dalam al- Quran Surat Yusuf 87, dikisahkan Nabi Ya’qub AS berkata kepada putra-putranya; “…… dan janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah, sesungguhnya tidaklah ada yang berputus asa dari rahmat Allah kecuali orang-orang kafir.”

Sikap mulia justru ditunjukkan nelayan tua Santiago dalam novel ‘The Old Man and The Sea’ Ernest Hemingway. Si Nelayan tua itu bilang, “Orang bisa saja dihancurkan, tapi orang seharusnya jangan pernah bisa dikalahkan.” Dan bagi Santiago tua, seorang yang hancur sekali pun bukanlah orang yang kalah, manakala ia tak menyatakan diri menyerah.

“Jadi manakala melihat penderitaan akibat sekian banyak bencana yang terjadi seakan tak ada habisnya, almarhumah Ibu Tien tidak menyerah. Dalam keterbatasan langkah sebagai seorang ibu rumah tangga, bahkan beliau maju berkiprah. Itulah ibu Tien Soeharto,” kata Mbak Tutut lagi.

Mbak Tutut potong tumpang.

Lebih jauh Mbak Tutut menjelaskan, pada hari ini, 51 tahun lalu almarhumah Ibu Tien mendirikan YHK. Di hari ini pula, 33 tahun lalu, beliau mendirikan YDGRK. Tekad beliau tegas, jangan pernah kita dikalahkan oleh penderitaan tanpa berupaya melawannya sekuat tenaga.

Dengan modal awal Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) pada masa itu, yang disisihkan Ibu Tien dan lbu Zaleha lbnu Sutowo, dari kas rumah tangga, mereka menggerakkan YHK. Kini setelah 51 tahun, kita bisa menyaksikan sendiri perkembangan yang terjadi atas dedikasi mereka.

Tidak hanya mengenai yayasan ini telah berhasil membangun sekian banyak rumah sakit, seperti, Rumah Sakit Anak dan Bersalin Harapan Kita, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, dan sebagainya. Juga bukan karena yayasan sukses membangun berbagai sarana kebudayaan, pendidikan hingga kesehatan seperti Taman Mini Indonesia Indah (TMII), Perpustakaan Nasional, hingga Taman Anggrek Indonesia Permai.

“Namun kita dapat menjadi saksi bagaimana YHK berhasil mengurangi ketergantungan warga Indonesia berobat ke luar negeri. Yayasan Harapan Kita bertekad kuat sebagaimana keinginan ibu Tien sebagai pendirinya membela kesehatan rakyatnya. Sejak awal berdirinya, YHK menegaskan bahwa bagi yang ekonominya tidak mampu, meskipun mengalami gangguan jantung, tetap harus diselamatkan dengan mekanisme cross subsidi,” cerita Mbak Tutut.

Sementara YDGRK, menurut penjelasan Mbak Tutut, bahwa rentang waktu 33 tahunnya telah menunjukkan berbagai pengabdian kepada warga negara yang terkena bencana.

“Kami selalu hadir di mana rakyat menderita karena bencana. Tak hanya sekali. Pada bencana yang baru saja terjadi, yakni tsunami di pesisir Banten dan Lampung, akhir tahun 2018 hingga awal 2019 lalu, saya sendiri terlibat. Sedikitnya dalam dua kali kedatangan,” aku Mbak Tutut.

Para tamu undangan.

Menurutnya, Mbak Tutut datang bukan hanya memberi apa yang bisa diberikan. Namun ia datang untuk memberi harapan sekaligus menegaskan masih kuatnya tali persaudaraan kita sebagai anak bangsa. Lebih jauh lagi, sebagai sesama manusia, makhluk Allah yang diikat dengan rachmaan dan rachiim-Nya.

“Selama 33 tahun berkiprah, YDGRK telah menyalurkan bantuan sekitar Rp. 64 miliar. Semua untuk korban bencana, meliputi korban bencana banjir, tanah longsor, banjir bandang, tsunami, gunung meletus dan bencana sejenisnya. Selama itu, yayasan juga telah menyalurkan bantuan di 1.099 lokasi bencana, pada 899 kejadian bencana di 34 Provinsi di Indonesia,” terang Mbak Tutut.

Menurut Mbaj Tutut hal itu ia lskukan melalui kerja sama luar biasa dengan semua pihak. Semua yang percaya bahwa kehidupan yang lebih baik, yang lebih sejahtera itu bisa diraih bersama melalui tolong-menolong di antara kita.

“Akhirnya, kami atas nama Keluarga Besar YHK dan YDGRK, menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada para pihak atas berbagai sumbangsih kedua yayasan ini pada gilirannya kita harapkan turut memberi kontribusi bagi kemajuan bangsa dan Negara Indonesia.

Kami percaya, tak ada yang sempurna. Demikian pula dengan berbagai upaya yang telah kami lakukan. Namun di dalam kenaifan ini setidaknya Allah SWT Yang Maha Tahu, apa yang menjadi niatan kami, dan bersemayam di dalam lubuk hati kami terdalam. Semoga Allah SWT melimpahkan taufiq dan hidayahnya kepada kita semua, amiin ya robbal’alamiin,” tutup Mbak Tutut.*** (PG)

Mbak Tutut dengan para awak media usai acara.

 

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com