Peusaba: Jiga 4 Pulau Aceh Direbut Paksa, Konflik Seperti Rusia dan Ukraina Bisa Terjadi Di Perbatasan

TN.ACEH l — Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman sangat berang, mendengar direbutnya secara paksa 4 pulau milik Aceh oleh Pemerintah Pusat. Apalagi 4 Pulau tersebut didaftarkan di PBB sebagai pulau wilayah Sumatera Utara dan bukan Wilayah Aceh.

“Ini adalah pelanggaran terhadap Kedaulatan Aceh, dan akan ada akibat yang tak terbayangkan bagi yang berani menantang Aceh secara terbuka!,” peringatan Mawardi Usman.

Wilayah Aceh sejak Era Kesultanan adalah perbatasan pulau Andaman India, Lampung hingga Batu Puteh di Laut Cina Selatan. Kemudian wilayah Aceh diperkecil oleh Kafir Belanda.

“Penjajah Kafir itu sedikit demi sedikit merampas wilayah Aceh. Dan hari ini kami melihat wilayah kami tetap dirampas! Sepertinya Pemerintah Pusat menganggap bangsa kami Bangsa Aceh tidak ada. Apakah anda sedang menguji coba kesabaran kami,” tukas Ketua Peusaba.

Ketua Peusaba Aceh mengimbau para pemimpin Aceh dan para Ulama, bersatu padu untuk merebut kembali tanah Aceh yang dirampas oleh musuh. 4 pulau itu terlalu berbahaya jika jatuh ke tangan musuh.

Bayangkan jika 4 pulau itu dijadikan tempat gereja dan langkah pemurtadan terhadap Aceh. Bukankah dalam beberapa bulan ini muncul para murtadin yang mau memurtadkan Wilayah Aceh, cepat atau lambat 4 pulau itu akan menjadi wilayah Kafir, bukan lagi tempat orang Islam.

Atau 4 pulau itu akan digunakan jadi ajang maksiat, dan memperlihatkan kelemahan kita didepan dunia internasional, bahwa Aceh adalah bangsa yang lemah. Rakyat Aceh harus dipersiapkan dengan keadaan yang berbahaya ini.

Peusaba mengingatkan bahwa dalam sejarah, Belanda pertama kali menguasai Wilayah Aceh di Indrapura, kemudian Indragiri, kemudian Pariaman, dan kemudian Air Bangis, lalu selanjutnya adalah Barus.

Setelah Belanda menguasai Barus, maka dikuasai pula Singkil sampai Trumon. Seluruh Wilayah Aceh itu kemudian dirubah oleh Kafir Belanda menjadi dibawah Residen Tapanuli.

Kini sejarah kembali berulang. Hal yang sama sedang terjadi. Seluruh wilayah perbatasan Aceh sedang berusaha dialihkan ke Tapanuli atau Sumatera Utara. Jika seluruh wilayah selatan dan tenggara Aceh sudah berhasil di caplok, maka target selanjutnya adalah ibukota Aceh, yang akan diserang baik secara fisik atau serangan Militer terpusat.

Peusaba mengingatkan, Konflik Perang yang menimpa Ukraina dan Rusia bisa saja terjadi di Aceh, jika Pemerintah Pusat tidak menghormati Kedaulatan Aceh.

Seharusnya Pemerintah Pusat benar-benar berdamai dengan Bangsa Aceh, dan mengembalikan Kawasan Barus dan Air Bangis serta Deli ke dalam Wilayah Aceh, sesuai yang dijanjikan dalam MoU Helsinki, barulah perdamaian yang real tercapai.

Peusaba mengingatkan, Pemerintah Indonesia harus belajar dari kejadian Rusia dan Ukraina.
Pemerintah Indonesia harus ingat, bahwa Bangsa Aceh adalah saudara Bangsa Turki. Jangan paksa kami menunjukkan kekerasan kami karena kami cinta damai. “Karena itu kami mengultimatum Pemerintah Pusat, kembalikan 4 Pulau milik Aceh yang dirampas, atau kalian akan tahu apa yang akan menimpa kalian!” kata ketua Peusaba berang.

Yang Mawardi sayangkan, Dirjen Administarsi Wilayah Kemendagri adalah Safrizal, yang tak lain putra Aceh.

“Kalau 4 pulau Aceh itu sampai hilang, kita tolak Safrizal pulang ke Aceh!” tegas Mawardi.*** (dim)

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com