TN.ACEH l — Ketua Peusaba Aceh Mawardi Usman mengingatkan seluruh rakyat Aceh dan pemimpin di Aceh jangan lalai dalam melindungi peninggalan Aceh dimasa lalu. Jangan terlalu mengejar duniawi namun melupakan negeri Akhirat kelak.
Di Gampong Pande terdepan bukti besarnya peradaban Kesultanan Aceh Darussalam sehingga diakui pada zamannya sebagai 5 imperium besar dunia.
“Namun bukti peradaban Aceh Darussalam itu sekarang hendak dilenyapkan tanpa bekas, dengan sengaja ditimbun dengan berbagai macam dalih, sama seperti yang dilakukan Belanda dulu tahun 1874 ketika menguasai kawasan Istana kesultanan Aceh Darussalam. Ini harus dihentikan,” ungkap Mawardi, Selasa (28/7/2020).

Lebih jauh Mawardi mengungkapkan, penimbunan makam dan penghancuran makam para raja, ulama dan umara kesultanan oleh Belanda ketika itu, serta melenyapkan istana dan mesjid Baiturrahim tempat salatnya para Raja dikawasan Darud Donya, karena berniat memusnahkan sejarah Aceh hingga akhir masa.
“Saat ini sepertinya ingin diulangi. Dan bila makam para indatu bangsa Aceh saat ini akan dihilangkan, Aceh akan kehilangan identitas bangsanya,” kata Mawardi lagi.
Mawardi juga menjelaskan, bagaimana ketika itu perpustakaan Baiturrahim dibakar Belanda, itu adalah pemusnahan sejarah secara besar-besaran. Kemudian seluruh makam Para Raja, ulama dan umara diratakan dihancurkan atau ditimbun.
“Setelah tsunami banyak makam era kesultanan Aceh Darussalam yang sebelumnya ditimbun didalam tanah, muncul kembali dan ditegakkan kembali oleh rakyat Aceh yang mencintai negeri Aceh negeri islam. Namun kebencian Kaum Yahudi Belanda terkutuk itu bangkit kembali dengan berbagai macam cara akhirnya dicarilah cara agar dapat menimbun kembali makam Para Raja, Ulama dan Umara era Kesultanan Aceh Darussalam,” terang Mawardi.
Peusaba mengingatkan Rakyat Aceh bagaimana dulu Islam pernah demikian kuat di Andalusia Spanyol, bahkan ada dua kekhalifahan dunia saat itu. Bani Abbasiyah di Baghdad dan Bani Ummayah di Cordoba Andalusia Spanyol.
“Namun apa yang terjadi ketika Umat islam sudah mulai meninggalkan ajaran Islam akhirnya musuh Islam dapat menaklukkan Qordoba dan menjadikan Masjid Qordoba yang demikian indah, dirubah menjadi Gereja, kemudian umat yang bertahan hanya tinggal Granada.
Namun pemimpin Granada saat itu sudah sangat lemah dengan adanya konfliknya internal dan korupsi yang merajalela serta lemahnya semangat kekuatan, akhirnya Kerajaan Kastilia dan Aragorn yang sudah bersatu berhasil mengusir umat Islam dari Andalusia.
Ketika Portugis menginjakkan kakinya di Malaka pada tahun 1511 orang Malaka sudah tahu betul siapa lawannya, namun dalam perang dahsyat Malaka kalah kemudian Istana Malaka di kuasai dan Portugis menghancurkan makam Raja-raja dan ulama Malaka dan mendirikan benteng diatasnya.
Hanya kesultanan Aceh Darussalam yang berhasil menghancurkan Portugis. Sehingga ketika Belanda menguasai Istana Aceh tahun 1874, maka Belanda menghancurkan makam Para Raja-raja, ulama dan umara Aceh sebagai balas dendam atas kebencian mereka kepada Kesultanan Aceh yang merupakan lawan tangguh Imperialisme barat. Sampai hari ini anak cucu mereka dengan gigih juga masih melanjutkan usaha untuk menghapuskan peninggalan kesultanan Aceh Darussalam karena bencinya kepada Kisah Para Raja serta para Ulama dan Umara Aceh Darussalam yang memenangkan Islam di Asia Tenggara ini.
Namun sebagaimana Mesjid Hagia Sophia di Istambul Turki yang dijadikan Museum oleh kaum anti Islam, dan kemudian akhirnya Mesjid Hagia Sophia berhasil kembali kepada umat Islam.
“Maka sebagaimana Hagia Sophia yang berhasil dimenangkan oleh Turki, insya Allah Aceh juga memenangkan untuk melindungi peninggalan nenek moyang kesultanan Aceh Darussalam bila kita tetap menjaga peninggalan para indatu kita,” kata Mawardi mengakhiri.*** (Mel)













