TN.ACEH l — Pemimpin Darud Donya Cut Putri mengecam pola pembangunan kawasan bersejarah Peunayong, yang telah menghilangkan sejarah jati diri Bangsa Aceh, dan menghilangkan sejarah Islam di Aceh, padahal Banda Aceh adalah Kota Pusaka.
Pemimpin Darud Donya menjelaskan bahwa Peunayong adalah kawasan bersejarah para Ulama Kesultanan Aceh Darussalam.
Dahulu Peunayong merupakan tempat dakwah dan dayah. Para Ulama dari berbagai negeri di Asia Tenggara, dan dari seluruh dunia datang dan berdiam di daerah ini, yang dulu dikenal dengan nama Kuta Peunayong.
Pada masa Kesultanan Islam Aceh Darussalam, terkenal ada 4 Benteng atau Kuta utama sebagai pelindung ibukota Kesultanan Aceh Darussalam. Pertama yaitu Benteng Kuta Rantang di Blang Padang, kedua yaitu Kuta Kuala di Gampong Pande dan Gampong Jawa, kuta ketiga adalah Kuta Peunayong di kawasan Peunayong sekarang, dan terakhir adalah Kuta Gampong Phang.
Sejak Kesultanan Islam Aceh Darussalam dibangun oleh Sultan Johan Syah pada 1 Ramadhan 601 Hijriyah, kawasan Peunayong adalah termasuk kawasan ibukota Kesultanan Aceh Darussalam yang memiliki keistimewaan, karena merupakan salah satu kawasan yang berada langsung dibawah otoritas Sultan Aceh.
Dalam sejarah Kesultanan Aceh Darussalam, kawasan tepi sungai dan seberang sungai Aceh (Krueng Aceh) termasuk Peunayong dikuasai oleh Teuku Panglima Masjid Raya, yang merupakan Panglima Dalam (Istana) Darud Donya.
Di Peunayong, Ulama terkenal Aceh Syeikh Abdurrauf Syiah Kuala memiliki murid yang mahsyur, bernama Baba Dawud Ar Rumi yang sangat alim dan cerdas.