Oleh : Maryono*
KETIKA panelis menyusun pertanyaan dan kemukakan PDRB Kota Depok terendah diantara daerah penyangga Ibu kota, yaitu JABODETABEK sudah bisa dibaca pencapaian hasil hasil pembangunan di Depok.
Karena salah satu indikator ekonomi disuatu daerah dalam suatu periode tertentu ditunjukan oleh data Produk Domestik Regional Bruto (PDRB),
Nilai PDRB ini menjelaskan sejauh mana pemegang kekuasaan di daerah dalam mengelola atau memanfaatkan sumber daya yang ada.
Dalam debat, hanya data yang terungkap tapi tidak mampu diexplorasi lebih jauh arti penting data PDRB itu.
Menurut penelitian (Vidyattama) faktor yang mempengruhi pertumbuhan PDRB anrara lain investasi, kwalitas SDM, jumlah penduduk, belanja APBD, infrastruktur dan perdagangan. Sedangkan yang mempengaruhi PAD, Kredit/pinjaman daerah, Tabungan dan belanja daerah.
Dengan demikian apakah sertifikat/ penghargaan dalam pelayanan publik, investasi yang berupa sertifikat yang diterima daerah mempunyai hubungan significan dengan pertumbuhan PDRB ? Mestinya mempunyai hubungan positif terhadap pertumbuhan PDRB, tetapi faktanya kota Depok terendah.
Calon yang jeli dalam rencana pengembangan ekonomi daerah, program pembangunan infrastruktur, kualitas SDM dan kemudahan investasi adalah prioritas dalam visi dan misinya.
Ukuran keberhasilan pemerintah daerah diukur dari sertifikat penghargaan seharusnya bukan suatu kebanggaan bila tidak sesuai hasil atau membawa peningkatan pendapatan dan kesejahteraan warganya yang bisa diukur dari pertumbuhan PDRB-nya.
Apabila belanja daerah mempengaruhi pertumbuhan PDRB, tentunya adalah belanja daerah yang produktif, belanja daerah yang berorientasi pada pelayanan publik. Misal pembangunan jalan, Sekolah, Rumah sakit.
Ketika salah satu calon mempertanyakan pembangunan alun-alun dari APBD, sebenarnya arah pertanyaannya apakah membangun alun-alun, itu produktif dalam kerangka pelayanan publik atau salah sasaran.
Semoga warga Depok kebih kritis memilih pemimpinnya.
*Pendiri Barinas, tinggal di Depok