Surabaya, Transnews.co.id – Dalam peringatan puncak hari rabies sedunia (world rabies day), Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (SYL) mencanangkan Indonesia bebas rabies pada tahun 2030.
Hal ini menurutnya sejalan dengan target global yang diprakarsai oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Organisasi Kesehatan Hewan Dunia (OIE), Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-bangsa (FAO), dan Global Alliance for Rabies Control (GARC).
“Hari ini, kita satukan tekad bersama untuk berantas rabies dengan program Pemberantasan Rabies secara bertahap di Seluruh Indonesia Tahun 2030 atau PrestasIndonesia 2030,” tegasnya di Surabaya, 8/10.
Lebih lanjut Mentan SYL menyampaikan bahwa rabies merupakan masalah kesehatan bersama di Indonesia dan mengajak semua sektor termasuk pemerintah daerah dan masyarakat untuk terlibat langsung dalam program pengendaliannya dengan mengedepankan implementasi One Health.
“Tahun ini Indonesia dipercaya untuk memimpin G20, implementasi one health adalah salah satu komponen penting kepemimpinan Indonesia,” tambahnya.
Mentan SYL berharap kontribusi semua pihak untuk menyukseskan kepemimpinan Indonesia di bawah Presiden Joko Widodo di G20 dengan memberikan contoh pelaksanaan program pengendalian dan pemberantasan rabies berbasis One Health.
Menteri Pertanian juga berharap dalam penguatan implementasi One Health, pemerintah daerah dapat memperkuat kelembagaan dan operasional layanan kesehatan hewan melalui penunjukan otoritas veteriner di wilayah masing-masing.
“Hari ini, saya bangga bahwa Kementerian Pertanian juga meluncurkan produk andalan bangsa Indonesia dalam mendukung pemberantasan rabies yakni vaksin Neo Rabivet yang diproduksi oleh Pusat Veteriner Farma, Surabaya,” jelasnya.
Selain vaksin Neo Rabivet tambahnya, Kementerian Pertanian juga meluncurkan produk vaksin untuk flu burung yakni Afluvet HiLow dan produk biologis Scovet untuk penanganan penyakit African Swine Fever di Indonesia.
Sementara itu, di tempat yang sama, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH), Kementan, Nasrullah menegaskan komitmen Ditjen PKH dalam mendukung program pengendalian dan pemberantasan rabies di Indonesia. Pihaknya telah mengalokasikan vaksin dan operasional pengendalian rabies, khususnya untuk wilayah tertular dengan risiko tinggi.
“Untuk daerah tertular risiko tinggi, kita upayakan alokasi vaksin sebanyak 70% populasi hewan penular rabies. Sedangkan untuk daerah risiko rendah dan bebas, alokasi vaksin cukup untuk vaksinasi tertarget dan vaksinasi darurat,” imbuhnya.
Nasrullah berharap pemerintah daerah untuk turut mendukung pelaksanaan program dengan mengisi kekurangan ketersediaan vaksin dan sumberdaya lain yang diperlukan. Dirjen PKH juga menyebutkan bahwa di Pusat, Ditjen PKH sudah merangkul mitra kerja internasional seperti FAO, AIHSP dan USAID dalam pengendalian dan penanggulangan rabies.
“Kerjasama dengan kementerian dan Lembaga sebenarnya sudah berjalan baik, khususnya dengan Kemenkes, KLHK dan Kemenko PMK, namun ini perlu terus dipertahankan dan diperkuat agar target Indonesia bebas rabies 2030 dapat tercapai” terangnya.
Pelaksanaan puncak hari rabies sedunia tahun 2021 ini terselenggara atas dukungan kementerian/lembaga terkait, pemerintah daerah, serta mitra kerja internasional FAO Indonesia dan USAID.