Mahasiswa UPER Olah Minyak Jelantah Jadi Lilin Aromaterapi Ramah Lingkungan

by: DiM
Dokumentasi: Foto hasil lilin karya tim inkubasi bisnis UPER yang di cetak dalam bambu
Dokumentasi: Foto hasil lilin karya tim inkubasi bisnis UPER yang di cetak dalam bambu

JAKARTA, transnews.co.id – Tidak banyak yang menyangka, sisa minyak goreng (minyak jelantah) yang biasanya dibuang begitu saja, bisa bertransformasi menjadi lilin aromaterapi cantik nan wangi.

Inilah inovasi yang ditawarkan oleh sekelompok mahasiswa Universitas Pertamina (UPER), yang melihat potensi besar dari minyak jelantah untuk mengurangi limbah sekaligus mendukung gaya hidup berkelanjutan.

Persoalan limbah rumah tangga masih menjadi tantangan serius di Indonesia. Berdasarkan data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (2020), 61 persen limbah rumah tangga adalah limbah organik, termasuk minyak jelantah.

Bacaan Lainnya

Di sisi lain, Traction Energy Asia (2023) mencatat Indonesia memproduksi sekitar 1,2 juta kiloliter minyak jelantah setiap tahunnya cukup untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu eksportir minyak jelantah terbesar di Eropa.

Namun, belum semua limbah minyak ini dikelola dengan baik. Padahal, satu liter minyak bekas bisa mencemari hingga satu juta liter air. Melihat kenyataan ini, lima mahasiswa UPER bergerak mencari solusi kreatif.

Mereka adalah Ni Kadek Karina, Nur Dita Maharani, Haykal Sulthan Hakeem, Rachel Arielle Sibarani dari Program Studi Ekonomi, serta Ni Putu Mirah Marcelinda A.P. dari Program Studi Hubungan Internasional.

BACA JUGA :  Goodbye Gangguan Seismik, Teknologi Baru Pengolahan Data Dengan Lebih Baik

Lewat produk bertajuk Damarwoelan Sustainable Aromatherapy Candle, mereka mengubah minyak jelantah menjadi lilin aromaterapi bernilai ekonomi tinggi sekaligus ramah lingkungan.

“Awalnya kami prihatin, banyak rumah tangga yang tidak tahu harus ke mana membuang minyak bekas. Daripada terbuang sia-sia, kami membelinya dengan harga Rp2.000–Rp5.000 per liter,”

“Dari satu liter saja, kami bisa menghasilkan 20 sampai 30 lilin ukuran 50 gram,” tutur Mirah, salah satu anggota tim.

Proses pembuatan lilin ini pun tidak sembarangan. Minyak jelantah difiltrasi menggunakan tanah lempung selama tiga hari agar lebih bersih, kemudian dicampur dengan parafin dan aroma alami seperti lavender, mint, kopi, atau lemon. Menariknya, cetakan lilin menggunakan bambu untuk menegaskan konsep ramah lingkungan.

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/atau berita tersebut di atas, silahkan mengirim sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *