Gubernur Jatim dan Bupati Blitar, Panen Padi Aplikasi Biosaka 

Gubernur Jatim Khofifah bersama Bupati Blitar Rini Syarifah, saat panen padi aplikasi biosoka di Desa Soso kecamatan Gandusari, Blitar, Sabtu (27/5/2023)
Gubernur Jatim Khofifah bersama Bupati Blitar Rini Syarifah, saat panen padi aplikasi biosoka di Desa Soso kecamatan Gandusari, Blitar, Sabtu (27/5/2023)

BLITAR, transnews.co.id – Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa bersama Bupati Blitar Rini Syarifah panen raya padi di Dusun Soso Desa Soso Kecamatan Gandusari Kabupaten Blitar, Sabtu (27/5/2023).

Khofifah tiba di Desa Soso, menggunakan helikopter dan mendarat di lapangan desa setempat. Kemudian melanjutkan perjalanan ke lokasi panen padi aplikasi biosaka didampingi Bupati Blitar Rini Syarifah bersama jajaran Forkompinda Kabupaten Blitar.

Khofifah mengatakan di Blitar 50 persen lahan pertanian padi sudah memakai biosaka sebagai elisitor atau molekul signal yang memacu terbentuknya metabolit sekunder di dalam kultur sel.

Biosaka bukan pupuk ataupun pestisida, namun dengan elisitor ini tanaman bisa tumbuh dan berproduksi lebih bagus. Sehingga lebih hemat pupuk hingga 60 sampai 70 persen.

baca juga :   Anggota DPRD Jatim, Hari Putri Lestari Serap Aspirasi Karyawan dan Pengunjung di Jadi Fashion Jember

Khofifah berharap, inovasi biosaka yang diciptakan petani Blitar ini bisa menjadi referensi daerah lain di Jatim.

“Saya lihat sudah banyak yang pakai biosaka, tapi saya harap lebih masif”, ujarnya saat berdialog dengan para petani.

Langkah ini dilakukan sebagai upaya menciptakan pertanian organik dan terbebas dari ketergantungan pupuk kimia yang kian sulit didapatkan.

“Produksi padi dan beras di Jawa Timur tertinggi di antara seluruh provinsi di Indonesia sekarang kami akan menguatkan produktivitas yang tetap tinggi tetapi tetap ramah, alam tetap ramah lingkungan”, jelasnya.

baca juga :   Bupati Memberikan Penghargaan Satreskoba Polres Jember atas Prestasinya

Penggunaan biosaka ini mampu menekan biaya tanam padi disaat harga pupuk kimia sedang melambung tinggi seperti saat ini. Menurut para petani dengan penggunaan cairan isolator ini maka biaya tanam padinya berkurang hingga 50 persen.

Selain itu penggunaan cairan biosaka juga membuat tanaman padi semakin kebal dengan serangan hama. Sehingga tanaman padi petani tidak gampang rusak akibat serangan hama.

“Di sini rata-rata sudah menggunakan 50 persen non kimiawi dan 50 persen biosaka. Saya rasa ini akan menjadi referensi yang sangat bagus bagaimana produksi pertaniannya tetap terjaga kemudian ketahanan padi terhadap serangan hama juga makin bagus,” papar Khofifah.

baca juga :   Satreskrim Polresta Sidoarjo Berhasil Ringkus Pelaku Pengeroyokan Pemuda di Sepande

Selain berdampak pada penghematan biaya produksi, penggunaan biosaka pada tanaman padi juga berdampak pada kualitas gabah yang dihasilkan. Menurut Khofifah dari keterangan para petani, gabah hasil pengembangan cairan biosaka lebih enak dan pulen.

“Selain itu dari segi rasa padi biosaka ini jauh lebih punel dan harum,” tandas Khofifah.

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com