Terkait Forum Aceh Meusapat, Reza Idria Minta Pemerintah Aceh Berbenah

TN.JAKARTA — Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara FISIP UIN Ar-Raniry, Reza Idria, M.A, menyambut baik kegiatan Halal Bihalal dan Forum Silaturahmi Aceh Meusapat yang diselenggarakan Kantor Badan Penghubung Pemerintah Aceh (BPPA), Ahad, 30 Juni 2019 mendatang.

Kegiatan tersebut akan mengetengahkan tema “Dialog Pembangunan Ekonomi Aceh Hebat” dengan menghadirkan para pemateri handal yakni Kepala Kantor Bank Indonesia Perwakilan Aceh, Zainal Arifin Lubis, Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Dr. Ir. Hamman Riza, M.Sc, Rektor Universitas Syiah Kuala (Unsyiah), Prof. Dr. Syamsul Rizal, M.Eng, dan Kapala Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Aceh, Ir. Sabri Basyah.

Reza mengatakan, pertemuan diskusi tersebut akan produktif karena semangat yang dikedepankan pemerintah Aceh adalah untuk menampung gagasan dan mengajak pelaku-pelaku ekonomi asal Aceh yang sudah berhasil di level nasional untuk meramaikan geliat berbagai sektor investasi di Aceh.

“Partisipasi entrepreneur-entreprenuer yang telah sukses di luar Aceh tersebut (dengan cara kembali, berinvestasi dan memotivasi dunia usaha di Aceh) akan sangat krusial menghidupkan dunia usaha di Aceh. Karena secara kultural konsep teladan masih sangat relevan menggerakkan aktifitas masyarakat Aceh,” jelasnya, Kamis, 27 Juni 2019.

Adapun arti teladan yang dimaksud Reza adalah keterlibatan entreprenuer yang telah sukses mau memberikan contoh secara langsung terkait apa yang harus dilakukan dan seperti apa melakukannya.

“Ketika masyarakat menjadi bagian dari penggerak mata rantai ekonomi, maka iklim ramah investasi bagi pihak manapun yang ditawarkan pemerintah Aceh saat ini akan efisien. Selanjutnya, tinggal mengajak pengusaha-pengusaha tersebut untuk kemudian bergiat di Aceh,” ujarnya.

Pemerintah Aceh, tambah dia, juga harus berbenah dengan menyiapkan perangkat aturan, perlindungan dan informasi data-data potensi ekonomi yang bisa diakses oleh pihak-pihak yang ingin berinvestasi di Aceh.

“Misalnya dengan menampilkan/menayangkan peta ekonomi Aceh di setiap kabupaten/kota di Aceh dan dapat diakses secara online melalui aplikasi peta digital ekonimi,” katanya.

Dengan begitu, tambahnya, akses informasi yang ingin diketahui oleh orang dari luar Aceh akan mudah dan aplikasi peta digital tersebut menjadi pintu awal kebangkitan ekonomi Aceh nantinya.

Selain itu, master lulusan Universitas Leiden itu juga berharap pemerintah Aceh mampu mensinergikan kebijakan pemerintah pada dunia usaha dengan teknologi informasi serta mengajak kaum muda untuk memberikan kontribusi. Sebab, kaum muda adalah generasi yang melek teknologi dan peka pada peluang.

“Orang muda Aceh juga harus mengubah mindset bahwa lapangan kerja bukanlah hanya menjadi PNS, dan yang disebut pengusaha bukan hanya terbatas sebagai penyedia jasa konstruksi,” jelasnya.

Terakhir, Reza menjelaskan bahwa,
hingga kini masih banyak sektor potensial di Aceh yang belum mampu dimanfaatkan secara maksimal, misalnya, kata dia, seperti sektor pertanian, perkebunan dan perikanan.

Belum lagi bicara posisi teritori Aceh, kekhususan Aceh dalam bidang politik dan pemerintahan serta potensi market global yang ada saat ini dengan melihat pasar dari produk ekonomi Aceh yang terbuka begitu lebar.

“Kita harus melihat negeri-negeri jiran seperti Malaysia, Thailand dan Singapura sebagai market ekonomi kita,” ujarnya.

Diketahui, Reza Idria adalah mahasiswa program doktor di Universitas Harvard, Amerika Serikat.*** (PG)

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com