DAERAH  

Ilmu Rantai Nilai Percepat Swasembada Pangan

Palembang, Transnews.co.id – Swasembada Pangan sudah di depan mata. Kinerja apik Kementerian Pertanian lewat sejumlah terobosannya telah membuahkan hasil. Mengacu data BPS, dalam tiga tahun terakhir, Indonesia selalu surplus beras. Tahun 2018 terjadi surplus beras 4,37 juta ton, selanjutnya 2019 surplus 2,38 juta ton, terus 2020 surplus 1,97 juta ton. Jika dijumlahkan, dalam tiga tahun surplus kumulatif 8,72 juta ton.

Program yang cukup masif dilakukan adalah Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP). Salah satu itemnya adalah Pelatihan Dasar Fasilitasi Rantai Nilai (basic Value Chain). Adapun program IPDMIP ini bekerjasama lintas sektor dengan Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan masyarakat petani serta semua pihak yang terkait baik di dalam dan sekitar daerah Irigasi.

Sejak bergulir pertama kali, IPDMIP mendapat apresiasi banyak pihak, terutama di daerah-daerah. Asisten II Bidang Ekonomi Keuangan dan Pembangunan
Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, Ekowati Ratnaningsih mengatakan, IPDMIP memberikan dampak yang signifikan terhadap ekosistem pertanian. Petani dan penyluh, kata dia, memperoleh nilai tambah yang besar.

“Luar biasa, seperti kemarin kami melakukan pertemuan koordinasi IPDMIP dan Basic Value Chain). Mereka sangat antusias,” ujar Ekowati melalui keterangan tertulisnya, Kamis (16/9).

baca juga :   Panen Masih Berlangsung, Grobogan Siap Penuhi Kuota Jagung 30 Ribu Ton

Dia menambahkan, Pelatihan Dasar Fasilitasi Rantai Nilai amat penting bagi para petani. Dijelaskannya, rantai nilai dalam sektor pertanian adalah nilai tambah dalam pertanian yang terbentuk ketika terjadi perubahan dalam bentuk fisik atau bentuk produk pertanian, atau terjadi akibat adopsi metode produksi, atau proses penanganan yang bertujuan untuk meningkatkan basis konsumen bagi produk tersebut.

“Output-nya produsen mendapatkan porsi yang lebih besar dari pengeluaran belanja konsumen. Jadi manajemen rantai nilai produk pertanian ini mengintegrasikan seluruh proses produksi mulai dari kegiatan pengolahan, distribusi, pemasaran hingga produk sampai ketangan konsumen,”ungkap Ekowati.

Ekowati optimis terjadi peningkatan nilai tambah dari hasil produksi kawasan IPMIP di Sulawesi Selatan. Mengingat para petani maupun penyuluh telah digembleng mengenai optimalisasi lahan pertanian beririgasi. “Petani harus sejahtera sebagaimana yang digaungkan terus bapak Menteri Pertanian. Kita tak boleh lelah untuk membuat mereka sejahtera. Pertanian adalah masa depan bangsa,” beber Ekowati.

“Swasembada pangan sudah di depan mata. Insya Allah semua elemen mendukungnya. Program-program inovatif seperti IPDMIP dan PLEK harus terus kita masifkan,” pungkasnya.

Turut hadir dalam acara pembukaan kegiatan ini Kepala BPKAD, perwakilan BBWS VIII, Sumatera Selatan, Dinas PSDA Provinsi Sumatera Selatan, unsur Dinas Pertanian TPH Prov Sumsel, serta seluruh peserta pertemuan Koordinasi dan Pelatihan Mentor Akses Pasar Pertemuan Koordinasi IPDMIP dilaksanakan pada tanggal 12-13 September 2021, sedangkan Pelatihan Mentor Akses Pasar Akan dilaksanakan dari tanggal 12 hingga 15 September 2021.

baca juga :   Bagi Pupuk Gratis Caleg Demokrat Dapil DIY Sang Alang Sambang Petani

IPDMIP Genjot Produktivitas Pertanian

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo optimis bahwa kegiatan IPDMIP berjalan maksimal, dan bermanfaat bagi kepentingan masyarakat perdesaan, khususnya bagi petani dalam mendukung pencapaian ketahanan pangan. Dia yakin dengan IPDMIP, produktivitas pertanian terus meningkat, khususnya di daerah irigasi.

“Pendapatan petani harus terus naik sehingga kesejahteraan petani juga meningkat,” kata Mentan Syahrul.

SYL-sapaannya- mengingatkan bahwa sektor pertanian adalah ‘emas 100 karat’. Menjanjikan dan tak pernah ingkar janji sehingga sangat prospektif untuk digeluti. “Terutama para pemuda dan milenial. Kita gerakan pertanian Indonesia, masa depan pertanian kita ada pada mereka,” ujar SYL.

Hal senada diungkapkan Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian (Kementan) Dedi Nursyamsi. Menurutnya, IPDMIP harus berperan mendorong proses transformasi dari sistem pertanian tradisional menjadi modern. Untuk itu, SDM-nya harus digarap lebih dahulu.

baca juga :   Peningkatan Kapasitas SDM Faktor Pendorong Pertanian Menembus Batas

“Mereka adalah petani, penyuluh, petani milenial melalui pelatihan,” kata Dedi.

Sistem pertanian tradisional, katanya, dicirikan oleh produktivitas yang rendah, penggunaan varietas lokal, dikerjakan secara manual atau dengan bantuan tenaga ternak. Sistem pertanian ini belum memanfaatkan mekanisasi pertanian serta teknologi informasi dan komunikasi (TIK).

“Pertanian modern dicirikan masifnya varietas berdaya hasil tinggi, menerapkan mekanisasi dan pemanfaatan teknologi era industri 4.0,” pungkas Dedi.

Sebagai informasi program IPDMIP dilaksanakan di 74 Kabupaten, 16 Provinsi (Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat (NTB), Nusa Tenggara Timur (NTT)). Program ini bekerjasama lintas sektor dengan Bappenas, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan dan masyarakat petani serta semua pihak yang terkait baik di dalam dan sekitar daerah Irigasi.

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com