Jelang Ramadhan, Warga Tanggung Temanggung Gelar Ritual Sadranan

Temanggung, Transnews.co.id – Hampir seluruh desa maupun dusun di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah menjelang Ramadan menggelar ritual sadranan, tak terkecuali warga Dusun Tanggung, Desa Tanjunsari, Kecamatan Tlogomulyo.

Sesaat setelah matahari muncul di ufuk Timur, Jumat (11/3/2022), ratusan warga Dusun Tanggung berbondong-bondong menuju Masjid Baitusallam dengan membawa tumpeng, ingkung dan jajanan pasar. Mereka memanjatkan doa sebagai wujud rasa syukur kepada sang pencipta dan mendoakan para leluhur.

Kepala Dusun Tanggung, Timbul Basuki menjelaskan, acara sadranan seperti ini sudah menjadi ritual tradisi turun-temurun sejak ratusan tahun silam. Tak hanya diikuti oleh warga setempat, namun tradisi ini juga melibatkan para warga luar daerah yang memiliki kerabat atau keluarga yang dimakamkan di lokasi pemakaman dusun setempat.

baca juga :   Bupati Temanggung Buka Pasar Rejeh di Komplek eks-Kawedanan Parakan

“Tidak hanya warga sini, warga luar dusun bahkan luar Temanggung yang masih ada silsilah di Dusun Tanggung menyempatkan untuk nyadran,” jelasnya.

Ia menambahkan, tradisi sadranan di Dusun Tanggung digelar dalam banyak rangkaian. Mulai bersih-bersih makam yang dilakukan oleh masing-masing warga, tahlil bersama di masjid setempat, dan diakhiri dengan berdoa bersama di puncak ritual nyadran.

Pada akhir acara, ia menambahkan, warga yang datang kemudian kembul bujono atau makan bareng, setelah berdoa bersama yang dipimpin oleh sesepuh desa.

“Makanan yang dibawa serta tersebut, lantas dimakan secara bersama-sama setelah melewati prosesi doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat,” imbuhnya.

baca juga :   Wabup Temanggung Pimpin Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat Candi

Lebih jauh dijelaskan, prosesi sadranan seperti ini merupakan tradisi yang biasa digelar masyarakat Jawa sebelum menjalani ibadah di bulan Ramadan.

Warga melaksanakan tradisi ini juga sebagai wadah mendoakan para leluhur yang telah terlebih dahulu meninggal dunia dan dimakamkan di area TPU setempat.

“Inti tradisi ini kita mendoakan arwah para leluhur yang dimakamkan di tempat ini, sekaligus bersih-bersih makam sebelum datangnya bulan Ramadan. Termasuk para warga juga berdoa agar diberi kelancaran dan pahala melimpah saat menjalani ibadah di bulan suci,” tandasnya.

Salah seorang warga, Fandi (22) mengungkapkan, tidak hanya doa bersama, dalam tradisi sadranan juga disertai makan bersama di area pemakaman atau tempat lain seperti masjid. Tujuannya adalah untuk merekatkan keakraban para warga, sekaligus ajang silaturahmi kepada mereka yang pulang dari rantau.

baca juga :   Bupati Temanggung Tanam Pohon, untuk Konservasi Tanah dan Air Berkelanjutan

“Ini adalah momentum yang kita tunggu sebelum Ramadan. Untuk keakraban dan meneruskan tradisi leluhur. Apalagi di sini ada pepunden yang sangat kami hormati namanya Mbah Kyai Joko Nolo,” tutupnya.

Loading

Catatan Redaksi: Apabila ada pihak yang merasa dirugikan atau keberatan dengan penayangan artikel dan/ atau berita tersebut di atas, Silahkan mengirimkan sanggahan dan/atau koreksi kepada Kami, sebagai-mana diatur dalam Pasal 1 ayat (11) dan (12) UU Nomor 40 tahun 1999 tentang Pers melalui email: transnewsredaksi@gmail.com